|
Dharma Tula yang diisi oleh Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirthi serta dihadiri Kanwil Kemenag Provinsi Bali. |
KLUNGKUNG – Bertepatan dengan Tilem Kedasa, Kamis (20/4/2023), Yayasan Padukuhan Sri Chandra Bhaerawa (PSCB) kembali menggelar upacara pawintenan bersama yang dirangkaikan pujawali di Pasraman Sri Taman Ksetra, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung. Pelaksanaan upacara itu dipimpin oleh Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirthi dan Ida Mpu Istri Pramodha Wardhani.
|
Para peserta upacara pawintenan yang dirangkaikan pujawali di Pasraman Sri Taman Ksetra, Klungkung, pada Tilem Kedasa, Kamis (20/4/2023). |
Jro Mangku Restu Celagi selaku Ketua Pasraman Sri Taman Ksetra, menyampaikan, kegiatan pawintenan bersama sudah beberapa kali dilaksanakan oleh Yayasan PSCB. Ritual itu pernah dilaksanakan di Pura Besakih, Pura Batur, Pura Dalem Ped, Pura Sakenan. Dalam pawintenan kali ini, tercatat peserta lebih dari 200 orang yang berasal dari berbagai daerah di Bali dan luar Bali. Para peserta tersebut mengikuti pawintenan Saraswati, Dasaguna, Ganapati, dan Bhaerawa.
Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirthi dalam dharma tula di sela-sela upacara itu, berkesempatan memberi penjelasan mengenai Bhaerawa. Ida Dukuh menyampaikan, selama ini sebagian orang masih berpandangan negatif tentang Bhaerawa. Padahal Bhaerawa adalah ajaran cinta kasih sebuah warisan leluhur Nusantara.
“Kalau orang belum aham, selalu akan mengatakan Bhaerawa itu jahat. Padahal kami di Bhaerawa diajarkan bagaimana, pertama membela negara. Betul-betul murni dididik dan diajar oleh guru, cuma banyak gurunya yang merahasiakan diri. Kemudian, bagaimana kita mengembangkan cinta kasih,” ujar Ida Dukuh Celagi.
Lebih lanjut dijelaskan, dari berbagai lontar yang dipelajari dalam Bhaerawa mengajarkan untuk mencintai tubuh kita sendiri. Bahwa tubuh adalah sebuah pelinggih atau tempat suci. Selanjutnya adalah bagaimana mengembangkan cinta kasih itu menjadi cinta kasih yang universal. Ida Dukuh Celagi melalui Yayasan PSBC pun berkeinginan untuk mengembangkan ajaran Bhaerawa agar semakin dikenal dan dipahami oleh masyarakat luas. “Pada intinya adalah bagaimana mengembangkan cinta kasih itu menjadi cinta kasih yang universal,” kata Ida Dukuh Celagi.
Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirthi juga menjelaskan tentang atribut-atribut yang ada di Pasraman Sri Taman Ksetra. Di pasraman ini ada banyak arca dengan wujud seram, namun hal itu bukan berarti memuja seram. Menurut Ida Dukuh, pelinggih-pelinggih yang diwujudkan dengan arca-arca yang seram itu sebagai simbol bahwa seseorang harus melampaui ketakutan dirinya sendiri. Seorang penekun Bhaerawa melatih diri untuk melampaui ketakutan untuk berbuat baik dengan jalan bakti.
Dalam kesempatan itu, hadir I Wayan Santa Adnyana selaku Kabid Urusan Agama Hindu Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Bali yang mewakili Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Bali. Dia menyampaikan, Kemenag sangat mendukung upaya-upaya dari para tokoh masyarakat yang senantiasa memperhatikan adat budaya dan menjalankan ajaran agama. Salah satunya Yayasan PSCB ini yang sudah sempat beraudiensi ke Kanwil Kemenag Bali beberapa waktu yang lalu.
Menurut Santa Adnyana, perkembangan umat Hindu ke depan, semakin maju dan orang-orang mencari jati diri. Hindu merupakan suatu agama yang bagaikan mutiara yang masih terpendam, yang banyak sekali menyimpan ajaran yang luar biasa. “Tentu masih banyak yang perlu digali. Salah satunya ajaran Bhaerawa ini. Seperti yang dijelaskan oleh Ida Dukuh, apa itu ajaran Bhaerawa,” ujarnya.
Dia mengharapkan ke depan semakin banyak wadah organisasi keumatan. Lembaga agama dan keagamaan seperti yayasan inilah yang menjadi mitra kerja dari Kemenag dalam membangun dharma agama dan dharma negara. “Ke depan agar umat semakin banyak mendapat bimbingan kerohanian sehingga generasi muda tidak salah arah, terlebih di zaman globalisasi sekarang ini,” katanya.
Ketua Yayasan PSCB, Jro Mangku Ketut Suryadi, menambahkan, program yayasan selama ini bergerak dalam kegiatan sosial keagamaan. Selain beberapa kali menggelar pawintenan bersama, pihaknya pernah menyelenggarakan memukur dan metatah bersama. Selain itu, ada kegiatan pembinaan umat di Jawa Timur yakni Banyuwangi dan Bromo Tengger, serta di Lemah Wangi, Jawa Tengah.
Saat ini, Yayasan PSBC juga mengembangkan kegiatan pembinaan kerohanian bagi para narapidana di lembaga pemasyarakatan (lapas). Melalui kegiatan itu, pihak yayasan memfasilitasi Ida Dukuh Celagi untuk memberikan sebuah pemahaman dan berbagi pengalamannya sebagai seorang manusia sampai menjadi sulinggih. Program tersebut sudah terlaksana di Lapas Gianyar. “Ini kami lakukan karena umat sangat membutuhkan sekali pencerahan untuk penyadaran bahwa lapas itu sebagai sekolah terakhir, (agar perilaku buruk yang dilakukan) jangan sampai terulang lagi,” ucapnya.
Selain itu, Yayasan PSCB melaksanakan pembinaan kepemangkuan di desa adat. Jro Mangku Suryadi mengatakan, pembinaan tersebut sesuai dengan sastra, tanpa mengubah pakem dresta di desa adat masing-masing. Kegiatan ini sudah terlaksana di Desa adat Sudaji, Buleleng, dan akan berlanjut di desa adat lainnya. (Tim)
Translate