-->

Search News

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Video

Nasional

Pariwisata

Life & style

Musik & Film

Profile

Model & Fashion



» » » » Terminal LNG, Wandhira Bersikeras di Benoa, Susruta: Jangan Demo-Demolah

 

I Wayan Mariyana Wandhira (kiri) dan Anak Agung Susruta Ngurah Putra (kanan), latar sumber IG walhibali

DENPASAR ● Dua tokoh Denpasar yang ditemui terpisah saling memberikan opininya terhadap keberadaan rencana pembangunan terminal khusus (Tersus) LNG Sidakarya. Polemik yang terjadi diantara pro dan kontra membuat banyak masyarakat Bali yang baru menghadapi pandemi ini sudah dihebohkan lagi dengan aksi demo tolak terminal LNG.




Menemui I Wayan Mariyana Wandhira selaku wakil ketua DPRD Kota Denpasar, yang dibeberapa media dikatakan bungkam kepada media soal dirinya melakukan aksi demo pada saat Bali baru saja pulih dari Pariwisatanya.

Ditanyakan soal Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar Tahun 2021-2041, yang digagasnya mengapa sekarang ditolak.

"Kita sejatinya tidak menolak yang namanya energi bersih, tetapi energi bersih ini jangan kontradiktif bila ini nanti merusak lingkungan," sebutnya, Selasa (02/08/2022), di ruang kantor Partai Golkar Denpasar.

Ia juga menekankan bahwa Menteri BUMN sudah mengesahkan disana, cadangan energi itu ada di pelabuhan Benoa. Wacana PT.DEB dalam pengamatannya menjelaskan bahwa lokasinya ada di wilayah Tahura Mangrove, itu penolakannya bukan tanpa alasan tekan Wandhira kepada awak media.

"Kita tidak menolak LNG-nya, bila ada lokasi di Desa Sidakarya yang representative tanpa merusak alam lingkungan tentu kita tidak tolak, kita menolak perubahan bentuk alam. Tentu itu harus ada kajiannya"

Ia juga bertanya balik tentang kemandirian energi, apakah betul kita butuhkan itu. Selama ini tidak diberikan data yang pasti berapa defisit energi Bali. Ia juga menegaskan bila saja itu diletakan di lepas pantai tidak masalah, itu sejalan dengan wacana Gubernur Bali untuk tidak membabat mangrove.

"Ini semua teknis seperti kemandirian bisa gunakan angin, matahari (solar). Ini tentu butuhnya kajian"

Ditanya kembali tentang letak Terminal LNG secara wilayah dengan dreging yang sudah ada saat proyek PT. Bali Turtle Island Development / BTID 9 meter jadi tinggal nambah 1 meter lagi, dirinya tetap bersikeras mengapa tidak di Pelabuhan Benoa, ungkapnya Balik.

Ditanya tarik menarik kepentingan BUMN dan Perusda dirinya malah menginginkan duduk bersama untuk berkolaborasi.

"Mengapa pemerintah (BUMN) tidak bekerjasama dengan pemerintahan (Perusda) juga, pendekatan itu juga belum pernah terjadi kepada masyarakat tiba-tiba saja"

Ditanya soal nelayan binaan Golkar dirinya juga mengatakan akan melakukan deklarasi juga terhadap rencana keberadaan Terminal LNG ini.

Menemui Anak Agung Susruta Ngurah Putra di kediamannya justru menginginkan menggunakan cara-cara yang elegan. Dengan adanya demo berjilid-jilid ini tentu akan merusak kembali kondusifitas posisi pariwisata Bali yang baru aja akan pulih.

"Tidak usahlah ada demo-demo, duduk bersamalah Perusda, Pelindo, PLN dan semua yang berkepentingan untuk mencari solusi terbaik, "ungkap Susruta, Selasa, (02/08/2022).

Menanyakan soal letak yang berubah tidak lagi merusak mangrove, Susruta semangat menekankan, "apa lagi yang harus di demo kalo sudah seperti itu"

Walau tidak setuju dengan cara demo ala Wandhira, Susruta mendukung juga tentang keberadaan embung sanur yang menjadi andalan masyarakat sekitar untuk menangulangi banjir.

Ditanya soal atribut yang digunakan untuk demo, justru ia tidak ingin kondisi itu terulang kembali. Tidak elok membawa-bawa agama dalam ranah ini.

"Kita berada di NKRI, janganlah dibawa-bawa agama itu untuk suatu kepentingan"

Harusnya statemen Gubernur Bali haruslah juga didengar sebagai kesepakatan baru dengan tidak membabat mangrove, tentu ini menjadi baik dan menjadi solusi bagi masyarakat yang pro maupun kontra.

Ditanyakan bila saja rencana Terminal LNG ini dipindah ke pelabuhan Benoa, akses kapalpun tidak bisa juga masuk. Jadi harus ada permohonan dreging kembali dan pemotongan reef atau karang di Tanjung Benoa, berbeda dengan lokasi awal yang sudah tersedia akses kapal besar dari dreging yang lalu.

"Janganlah memaksakan harus ini, pokoknya ini. Kajianlah, datanya lah lihat nanti bagaimananya. Kita harus jaga pariwisata ini, Bali tidak hidup dari industri dan pabrik, "pungkasnya mengingatkan. (Ray)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama