-->

Profile

Iklan


 

Titipkan Buku kepada I Made Richy Ardhana Yasa, PCTA Bali Soroti Sejarah yang Keliru dalam Tasyakuran Bung Karno

Admin
Sabtu, 07 Juni 2025, Juni 07, 2025 WIB Last Updated 2025-06-07T09:06:09Z



DENPASAR – Dalam rangka memperingati kelahiran Bung Karno, Persaudaraan Cinta Tanah Air (PCTA) Indonesia menggelar acara tasyakuran yang digelar secara khidmat di Sekretariat DPD PCTA Indonesia Bali, Jalan Kapten Sujana No. 28, Denpasar, Jumat, 6 Juni 2025. 


Kegiatan ini sekaligus menjadi momentum reflektif untuk mendoakan para leluhur dan pejuang bangsa, khususnya Bung Karno, serta memanjatkan doa keselamatan bagi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).



Dalam rangkaian acara tersebut, dilakukan penyerahan dua buku berjudul Jati Diri Bangsa dan Mencari Telur Garuda oleh Ketua DPD PCTA Indonesia Provinsi Bali, Bakhori Muslim, S.E., kepada I Made Richy Ardhana Yasa atau Ray. Penyerahan ini sebagai bentuk titipan untuk Sugeng Pramono, tokoh pariwisata Bali sekaligus penggiat cinta Tanah Air. Richy dianggap sosok yang tepat untuk meneruskan semangat kebangsaan dan pelurusan sejarah kepada masyarakat luas.


Melalui kegiatan ini, PCTA Indonesia menegaskan hasil riset mendalam bahwa Bung Karno dilahirkan pada 6 Juni 1902, bukan 1901 seperti yang selama ini dipercaya publik. Selain itu, PCTA juga menekankan pentingnya pemahaman historis yang benar mengenai frasa “Kemerdekaan Bangsa Indonesia” pada 17 Agustus 1945 dan “Berdirinya NKRI” pada 18 Agustus 1945. Menurut mereka, menyebut “Kemerdekaan Republik Indonesia” pada 17 Agustus adalah bentuk kekeliruan sejarah dan dosa politik terhadap perjuangan para pahlawan bangsa.



Sekretaris DPD PCTA Indonesia Bali, Agus Iswahyudi, menyebut bahwa gerakan pelurusan sejarah ini telah disepakati dalam berbagai forum, termasuk saat pertemuan dengan Bupati Jombang. Mereka mendesak agar fakta-fakta sejarah yang telah ditelusuri—termasuk tempat kelahiran Bung Karno di Ploso, Jombang—dapat dijadikan cagar budaya dan dijaga kelestariannya. Bahkan, usulan perubahan frasa peringatan kemerdekaan telah diajukan hingga ke Mahkamah Konstitusi (MK).


Acara ditutup dengan potong tumpeng dan makan malam bersama. Para tokoh PCTA berharap gerakan ini menjadi tonggak kebangkitan kesadaran nasional untuk mengoreksi narasi sejarah yang keliru.


Dengan semangat cinta Tanah Air, mereka mengajak seluruh elemen bangsa untuk kembali kepada sejarah yang benar, serta mensyukuri dua nikmat besar yang diberikan Tuhan: 17 Agustus 1945 sebagai Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan 18 Agustus 1945 sebagai hari berdirinya NKRI. (Ray)

Komentar

Tampilkan

  • Titipkan Buku kepada I Made Richy Ardhana Yasa, PCTA Bali Soroti Sejarah yang Keliru dalam Tasyakuran Bung Karno
  • 0

Terkini

Topik Populer

Model & Fashion