DENPASAR - Budaya Bali memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan dan sangat kental dengan visi Pemerintah Provinsi Bali yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya yang telah terbentuk dan berkembang sejak dahulu. Demikian disampaikan oleh Ketua Yayasan Dwijendra Dwijendra Dr. I Ketut Wirawan, SH.M.Hum.
Dalam sambutannya dalam pembukaan Seminar yang bertemakan Peranan Generasi Muda Dalam Pembangunan Budaya Bali pada Kamis, 25 Agustus 2022 di Aula Sadhu Gocara Yayasan Dwijendra. Seminar yang diselenggarakan oleh Yayasan Dwijendra tersebut dihadiri oleh Nyonya Putri Koster yang sekaligus sebagai nara sumber.
Oleh karena itu, setiap warga masyarakat baik yang berasal dari dalam Bali maupun luar Bali harus senantiasa menghormati, menjaga dan melestarikan budaya Bali tersebut. Berbagai dinamika di masyarakat telah berkembang secara pesat serta kompleks sebagai dampak dari arus globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Generasi muda sebagai anak bangsa harus dibekali berbagai pengetahuan, nilai-nilai berperilaku dan keterampilan untuk semakin dapat mengantisipasi perubahan atau dinamika tersebut sehingga dapat berperan serta di dalam mendukung pembangunan di Provinsi Bali dan di tingkat nasional, "kata I Ketut Wirawan yang juga pernah menjadi Rektor Universitas Dwijendra.
Nyonya Putri Koster selaku Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali memaparkan bahwa, "Kebudayaan Bali sangat dinamis dan bersifat global, dan tidak hanya mencakup aspek seni semata, namun juga berwujud dalam aspek prilaku warga masyarakat, seperti memilik etika yang santun, tidak durhaka kepada catur guru, yaitu guru swadiaya, guru wises, guru rupaka dan guru pengajian, sehingga tidak menjadi tulah, "ungkap Putri Koster.
Pembangunan budaya yang non-fisik di Bali ditekankan melalui adat dalam wadahnya desa adat yang memiliki fungsi sebagai tembok penyengker budaya sehingga tidak tergerus atau terdegradasi akibat pengaruh budaya luar, ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi, Peserta seminar yang terdiri dari kalangan generasi muda, yaitu siswa/siswi dan mahasiswa serta Ibu PKK dari beberapa desa di Kota Denpasar dan peserta online diharapkan selalu untuk dapat mengendalikan diri seperti sad ripu, sapta timira sehingga ke depan ananda (sebutan untuk peserta) akan menjadi pemimpin yang bijak.
Lebih tegas lagi, Putri Koster mengajak generasi muda jangan sampai terjajah oleh teknologi, namun sebaliknya teknologi harus digunakan untuk kemanfaatan bagi kemajuan pembangunan.
Yayasan Dwijendra didorong untuk semakin berkembang dan menjadi pusat budaya Bali apalagi Visinya sangat kental terhadap budaya, yaitu “Menginsafkan dan Memberikan Penerangan-Penerangan berkenaan dengan Soal-Soal Agama, terutama Agama HINDU Bali kepada pemeluk-pemeluknya dan Kebudayaan beserta Kesusastraan-nya”.
Bahkan, Putri Koster menantang Yayasan Dwijendra untuk dapat menyelenggarakan kursus Bahasa Bali karena telah memiliki Program Studi yang berkenaan dengan Bahasa Bali, pada FKIP Dwijendra University.
Sementara itu, Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc. MMA. selaku Rektor Dwijendra University mengungkapkan bahwa kebudayaan Bali tidak hanya berwujud pada artefak atau kebendaan seperti yang berupa karya seni, kerajinan, aksara Bali, namun juga merupakan bentuk non-fisik seperti tata prilaku warga masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur dari para leluhur yang sangat adi luhung.
Dwijendra University senantiasa menjadi institusi penjaga budaya Bali dan mendukung kebijakan Gubernur Bali serta kepala daerah di kabupaten dan kota di Bali. Hal tersebut dibuktikan dengan memberikan beasiswa kepada seluruh mahasiswa yang memilih Program Pendidikan Bahasa Daerah Balihingga menjadi sarjana, tambah Gede Sedana. (Tim)