-->

Search News

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Video

Nasional

Pariwisata

Life & style

Musik & Film

Profile

Model & Fashion



» » » » Selain Covid-19, Waspadai Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Ternak Masuk Bali

 

Drh. Ni Made Restiati, M.Phil

GATRADEWATA NEWS ● BALI | Kondisi wilayah Indonesia terutama di Provinsi Jawa Tengah yang lagi konsentrasi membuat Unit Reaksi Cepat (URC) penyakit mulut dan kuku (PMK), guna menangkal wabah yang tengah menjangkiti ribuan sapi di Jatim, harusnya membuat pemerintah Provinsi Bali lebih waspada.




Benar bahwa kita tidak mengambil sapi dari luar Bali, tetapi penyelundupan atau lintas hewan ternak lain bisa saja membawa penyakit tersebut, karena kawasan kita yang berdekatan. Tentu ini peringatan yang cukup bahaya bagi pariwisata bahkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat Bali.

Menanyakan langsung hal itu dengan Drh. Ni Made Restiati, M.Phil selaku pemilik sekaligus dokter senior di Bali Veterinary Clinic dan juga 
pembina Yayasan One Health Lingkar Sehat, menekankan bahwa PMK ini merupakan penyakit yang menjangkiti hewan ternak. Ia juga menekankan bahwa perbedaan PMK dan Rabies.

"Berbeda, rabies menjangkiti manusia sedangkan penyakit mulut dan kuku ini pada hewan berkaki ganda, sapi, kambing, babi bisa kena, "sebutnya, Rabu (11/05/2022), di Klinik hewan miliknya.

PMK atau Foot and Mouth Disease (FMD) adalah penyakit hewan menular yang bersifat akut yang disebabkan virus. Penyakit ini dapat menyebar dengan sangat cepat mengikuti arus transportasi daging dan ternak terinfeksi dan juga menimbulkan kerugian ekonomi yg sangat besar (penurunan berat badan permanen).

"Memang efek langsung terhadap manusia belum banyak yang ditemukan, tetapi yang paling fatal adalah mempengaruhi ketahanan pangan, "paparnya.

Ia juga menekankan efek ini bukan saja untuk wilayah Indonesia saja, tetapi efek globalnya adalah wilayah yang terjangkit akan di banned (tutup lintas) oleh negara luar. Tentu ini dapat menghancurkan perekonomian eksport bagi negara bahkan peternak dan masyarakat.

"Eksport kambing ke middle east juga bisa menjadi dampaknya, seperti daging, olahannya, sosis dan lainnya. Bila positif tetangga bahkan negara lainnya akan mengisolasi ternak mereka dari bahaya FMD ini, "tuturnya.

Made Restiati kembali mengulang bahwa kerugian ini akan besar dan global bila pemerintah tidak segera menerapkan pencegahannya. Ia juga menjelaskan bahwa sebenarnya penyakit ini sudah terkontrol oleh dunia bahkan Indonesia mencanangkan bebas FMD dari tahun 1990-an.

"Sekarang merebak kembali. Kami bersyukur Yayasan Lingkar Sehat yang kami kelola ini memiliki ahli biologi. Ini juga menyangkut ahli Covid 19, rabies dan FMD. Kami siap membantu sesuai dengan kemampuan kami, kami siap,"pungkasnya. (Ray)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama