-->

Search News

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Video

Nasional

Pariwisata

Life & style

Musik & Film

Profile

Model & Fashion



» » » I MADE BANDEM TAMBAH SATU LAGI KOLEKSI PENGHARGAAN, KEDUA KALINYA DARI KAISAR JEPANG

Prof. Dr. I Made Bandem dan Konjen Hirohisa Chiba

GatraDewata News | Denpasar | Joe Papp dari Bali begitulah julukan si orang berbakat ini, ceritanya bila ditulis semua mungkin gak muat dalam satu buku saja.

Beliau seorang artis, penari, penulis dan pengajar juga, beliau lahir di Desa Singapadu, Gianyar pada 22 Juni 1945 dan telah mengukuhkan dirinya sebagai salah seorang tokoh Diplomasi Kebudayaan Indonesia.

Prof. Dr. I Made Bandem belajar tari Bali dari tahun-tahun awalnya, dan memperlihatkan Baris dan tarian lainnya pada usia sepuluh tahun. Menjadi salah satu dari penari-penari Bali pertama yang belajar di Amerika Serikat, Bandem mendapatkan gelar masternya dalam tari dari UCLA, dan PhDnya dalam etnomusikologi dari Universitas Wesleyan.


Segudang sudah ditorehkannya, kali ini Prof. Dr. I Made Bandem Terima Bintang Jasa dari Kaisar Jepang. Kaisar Jepang Naruhito menganugerahkan Bintang Jasa The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon untuk Musim Gugur Tahun 2019 pada 3 November 2019 kepada Prof. Dr. I Made Bandem, MA yang diserahkan oleh Konsul Jenderal (Konjen) Jepang di Bali, Hirohisa Chiba di kantor Konsulat Jenderal Jepang, Renon, Denpasar, Jumat (31/01/2019) malam.

Penghargaan yang di berikan dari Kaisar Jepang ini adalah kedua kalinya, Sebelumnya, Prof. Bandem menerima penghargaan Menteri Luar Negeri Jepang, juga diserahkan oleh Konjen Hirohisa Chiba pada 8 September 2017.


Kata sambutan yang diberikan oleh Hirohisa Chiba penghargaan kepada Prof. Made Bandem kali ini adalah karena peran aktif beliau dalam peningkatan persahabatan Indonesia dan negara-negara lain termasuk Jepang melalui bidang seni-budaya dan akademisi.

“Saat menjadi guru kesenian di Kokar Bali, tahun 1965 beliau ikut dalam misi kesenian kepresidenan Republik Indonesia ke luar negeri termasuk Jepang. Lalu setelah lulus dari Asti Denpasar tahun 1968, beliau melanjutkan bidang seni tari dan musik di Unveritas Hawaii, dan pada saat itu Prof. Bandem tertarik mempelajari kesenian Jepang seperti Bon Odori (tari rakyat) dan Taiko (drum tradsional). Kemudian saat studi S2 di Universitas California (1970 – 1972) dan S3 di Universitas Wesleyen, Amerika Serikat (1977-1980), Prof. Bandem mempelajari kesenian klask Jepang yakni tari Bugaku dan music Gagaku dari seorang maestro Jepang dan mengadakan pentas di kuil-kuil Jepang di Los Angeles, Middletown dan Connecticut,” kata Hirohisa Chiba siang disebuah restaurant di daerah Renon Denpasar (05/02).

Waktu beliau menjabat Ketua STSI Denpasar Prof. Bandem ditunjuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai artistic director pada Festival Persahabatan Indonesia-Jepang. Selama 14 bulan, Prof. Made Bandem setiap bulan memimpin tim kesenian Indonesia ke Jepang.

“Saat memimpin Asti dan STSI Denpasar, Prof. Bandem banyak menerima dan mengajar mahasiswa darmawisata dan non-darmawisata dari Jepang. Bahkan saat ini banyak mahasiswa dan peneliti dari Jepang sedang belajar di Sanggar Seni Makaradhwaja milik Prof. Bandem dan istri Ny. Dr. Swasti Widjaja Bandem,” urai Hirohisa Chiba.


Saat peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik Jepang – Indonesia yang dilaksanakan di Bali tahun 2018, Prof. Bandem dan ITB STIKOM Bali mendukung penuh dengan menampilkan berbagai kesenian Bali dan bekerjasama dengan Konsulat Jepang menyelenggarakan symposium bertajuk

Jepang dan Indonesia – 60 Tahun Hubungan Kemitraan dan Prospek untuk Masa Depan

Prof. Made Bandem menyajikan makalah berjudul,

Peran Seni dan Budaya Sebagai Media Diplomasi dan Komunikasi Antar Indonesia dan Jepang.

Beliau menyakini bahwa pertukaran seni dan budaya memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan hubungan persahabatan Jepang dan Indonesia, khususnya Bali.

Dengan adanya penghargaan kali kedua ini Prof. Made Bandem dalam wacananya menghaturkan samudera terima kasih kepada Yang Mulia Sri Baginda Kaisar Jepang (Kaisar Naruhito) yang menganugrahkan Bintang Jasa ini kepadanya.

“Penghargaan ini merupakan long life achievment bagi saya dan saya akan bekerja keras unuk meningkatkan hubungan kebudayaan dan pendidikan antara Bali (Indonesia) dan Jepang di masa mendatang,” kata Prof. Made Bandem.

Prof. Made Bandem juga berterima kasih kepada Konjen Jepang, Hirohisa Chiba dan Wakilnya Koichi Ohashi atas kecermatan mereka sebagai diplomat untuk mengamati perkembangan hubungan kebudayaan dan pendidikan Bali dengan Jepang, serta menominasi Prof. Bandem untuk memperoleh Bintang Jasa yang sangat prestisius ini.

“Sebagai seorang seniman, saya telah lama mempelajari kesenian Jepang, khususnya musik Gagaku, sebuah ansambel yang lahir pada abad VII, terdiri dari daiko, kako, shakubyoshi, biwa, shakuhaci, reuteki, koto dan berbagai instrumen lainnya. Bersamaan dengan mendalami musik klasik Jepang tersebut, saya dan istri (Swasthi Widjaja Bandem) juga pernah mempelajari tarian topeng klasik Bugaku dan kami kami secara intensif mementaskan kedua musik dan tari itu ketika berada di Amerika,” ceritanya kepada awak media.

Prof. Bandem mengakui, penunjukkan dirinya oleh Pemerintah Indonesia untuk menjadi Artistic Director Festival Persahabatan Indonesia-Japan yang berlangsung di seluruh provinsi (prefecture) dan kota-kota besar di Jepang dan dikunjungi oleh 2. 689.395 orang, tak lepas dari keberhasilannya sebagai sutradara kesenian Bali/Indonesia pada Expo Vancouver Canada (1986), Expo Brisbane Australia (1988), Festival of Indonesia di AS (KIAS 1990-1991), Hanover Fair Jerman (1995), dan festival internasional lain yang pernah diikutinya.


Sebagai salah seorang pendiri ITB STIKOM dan Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti Prof. Made Bandem bersama Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan dan Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti, memprakarsai berdirinya Pusat Studi Jepang dan Unit Kegiatan Mahasiswa JCOS (Japanesse Community of STIKOM Bali) yang aktif mempelajari budaya dan teknologi Jepang, serta mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Darma untuk menyertakan generasi muda Indonesia mengikuti magang di Jepang.

Saat ini, ada 113 orang (90 persen anak mura Bali) sedang mengikuti magang selama 3 tahun di berbagai perusahaan di Jepang dan sekitar 80-an orang sedang mengikuti kursus bahasa Jepang sebagai persiapam magang ke Jepang. (red)



«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama