
Lampung, 19 Juni 2025 — Di tengah gempuran modernisasi dan globalisasi, Provinsi Lampung hadir dengan gebrakan budaya yang menggugah: Pesenggiri Festival 2025, yang akan digelar pada 20–21 Juni mendatang. Digerakkan oleh desainer dan penggiat budaya Selphie Bong, festival ini membawa semangat kembali ke akar kultural, sekaligus menjadikannya jembatan menuju masa depan.
“Pesenggiri bukan hanya tentang menampilkan budaya, tapi tentang menghidupinya,” tegas Selphie. Mengambil inspirasi dari falsafah adat Lampung Pi’il Pesenggiri, festival ini mengejawantahkan nilai-nilai Juluk Adok, Nengah Nyappur, Nemui Nyimah, dan Sakai Sambayan dalam berbagai aktivitas yang kontekstual dan modern. Di antaranya adalah pasar seni “Temu Rasa dan Rupa”, workshop kreatif, dan panggung musik-tari kolaboratif.
Salah satu yang paling ditunggu adalah pertunjukan tari kontemporer yang digarap oleh Jasmine Okubo dari Kitapoleng Bali. Lewat kerja sama dengan komunitas lokal dan tim The Hurun, Jasmine menyajikan “ritus tubuh” yang menyatukan gerak tradisi dan spiritualitas dalam format pertunjukan yang intim dan transformatif. “Tubuh adalah arsip hidup, dan lewat tarian, kita bisa membuka dialog lintas zaman,” ujarnya.
Visual dan atmosfer festival ditata apik oleh Dibal Ranuh, sutradara visual dan penata artistik yang menyusun keseluruhan festival dalam narasi sinematik yang bernas. Lewat pendekatan ini, Dibal berharap nilai-nilai lokal Lampung dapat menjangkau audiens global dan lintas generasi.
Tak hanya menjadi ajang seni, Pesenggiri Festival juga menawarkan ruang interaktif seperti lokakarya, diskusi budaya, hingga kelas memasak. Tokoh-tokoh seperti Helianti Hilman (Javara), Dian Maya Puspitasari, hingga chef ternama Toni Azhari dan Devy Anastasia turut hadir membagikan pengetahuan tentang keberlanjutan, kuliner lokal, dan wirausaha berbasis budaya. Art talk khusus juga menghadirkan sejarawan Anshori Djausal, membahas seni sebagai warisan lintas waktu.
Pesenggiri bukan sekadar festival, tetapi ekosistem. Dengan menggandeng UMKM, menghadirkan Green Marketplace, dan mengedepankan produk-produk ramah lingkungan, acara ini diharapkan menjadi model pengembangan pariwisata budaya berkelanjutan. “Kami ingin meninggalkan warisan, bukan hanya ingatan,” tegas Selphie.
Bertempat di The Hurun, lokasi yang strategis dan mudah dijangkau dari Jakarta, festival ini menargetkan pengunjung dari berbagai kalangan—mulai dari pelajar, keluarga, hingga investor dan kolektor seni. Dengan daya tarik yang holistik dan pendekatan inklusif, Pesenggiri Festival 2025 siap menjadikan Lampung sebagai episentrum kebudayaan yang berbicara, bergerak, dan terus hidup. (Ray)